Tuesday, July 26, 2011

kopi, novel, dan senja

Bagi saya, senja itu terlalu sayang untuk dilewati. Banyak cara untuk menikmatinya, mulai dari berbincanng di teras belakang rumah, atau sekedar berdiri di bingkai pintu belakang rumah terus menatap langit yang menjingga--terkadang bahkan bisa hampir memerah--. Perlahan senja menurun, memuai, menghilang, diiringi udara sore hari yang sudah terasa lembab oleh embun.

Aku, termasuk yang sering 'mengata-ngatai' senja. Aku terlanjur suka padanya. Terakhir kali, sudah lama sekali, --ahh, iya aku baru sadar-- sudah lama sekali kusapa senja dalam kata. Dulu, kutemani senja yang tersipu malu menatap dari balik punggungmu. Ia berpihak padamu. Jatuh cintakah padamu? Uh, aku cemburu.

Aku merengut, duduk di kursi kayu teras rumahku, sambil cemburu padamu. Senja sore itu melirik padamu.

Ada sore lainnya, kutemani senja dengan menyelipkan kamu di dalam ribuan halaman kata.

Dan sore nanti, sepertinya akan kutemani senja ngopi. Langitnya cerah. Ceria.


Novel,


Kopi,

Sore Hari,


dan
Hujan...


Kelengkapan romantis untuk senja.


0 Comments: