Wednesday, August 31, 2011

Senja Untuk Malam

Malam ini kau titipkan senja pada langit.
Langit terang, di atasku jingga yang menyelimuti.
Indah, aku tahu, itu salam rindu darimu.
Kau tahu, jingga itu sekarang menempel di pipiku.

Wednesday, August 24, 2011

We're All Waiting for Something

Ada kalanya saya pun pernah menunggu. Bahkan lebih lama dari itu. Menunggu sms yang tak kunjung berbalas. Menunggu kabar. Menunggu jawaban, meski hanya sekedar ya atau tidak. Menunggu dijemput. Menunggu dihubungi. Sementara masih menuntaskan pekerjaan, dan saya menunggumu untuk pulang. Ingin sekali-kali diajak jalan duluan oleh pacar, dan saya tetap menunggu. Saya coba tersenyum, walau merengut juga kadang-kadang. Semoga dengan menunggu saya bisa belajar menambah sedikit dari kesabaran yang saya sanggupi.

Terima kasih sudah mau menunggu saya, dengan cara yang istimewa.
Dan smoga kamu mau mengerti, senyum diantara keduanya.











 



weheartitcom

Sombong...


Mungkin kurang lebih itu yang diucapkan senja padaku.

Beberapa hari belakangan, aku terlarut dengan rutinitas di luar rumah. Pagi hingga larut, tak tersisa waktu untuk sekedar menyapa senja. wajar saja ia sebut aku sombong. Tak apa, biar ia tak jengah. Dan hari ini, kujumpai lagi senja. Senja yang sendiri, tak ada hujan. Hujan katanya sedang sibuk sendiri.

Kuletakkan dua potong roti di meja kecil bersama secangkir teh panas. Sepotong tlah kumakan habis.
Sluuuurp...
Terkejut, kutengok cangkir teh sudah setengah kosong, dan dilanjutkan dengan piring roti yang bersih hingga ke remehnya. Kulirik, Senja mengerling padaku genit.


My Monday

weheartit

Morning My Monday...


rintik menyapa
harum tanah
seperti kentang panggang
daun sibuk bergemerisik
menghitung angin satusatu

ramadhan masih berlari,
hampir berlalu
aku masih merindu sekuat kalbu
semoga selalu
begitu

ternyata mimpi,
suhu pagi ini meninggi
yang tercium bukan harum tanah,
tapi debu
ya sudah, biar saja besok kuciumi mendung bergantian

Monday, August 22, 2011

Puisi Buku

Barisan buku
rubuh
satusatu
sanasini debu

ngambek!

marah,
lama tak terurus
sementara sibuk dengan novelnovel baru


weheartit

Malam Merindu

Weheartit

Berbaring sendiri di atas ranjang berukuran besar, aku masih saja terjaga hingga tengah malam begini. Ditemani sinar bulan yang sebentar lagi akan menyabit, tenggorokan yang mulai menghaus, novel-novel yang tergeletak berantakan di sisi ranjang, lagu-lagu swing colbie caillat berputar terus berulang kali di winamp player, dan catatan Perempuan Sore seminggu lalu yang ternyata tengah merindu, mengingatkanku pada rindu bertahun lalu.

Seperti Perempuan Sore, aku--mungkin kita semua, sama saja--sering merasa rindu yang tiba-tiba. Begitu tiba-tiba. Tanpa jeda, tanpa aba-aba. Rasa yang tiba-tiba langsung saja ada. Dan atmosfir sekitar berubah menguat, menyesuaikan diri dengan kondisi dulu saat rindu berada. Seperti dulu, kedatanganmu kutunggu-tunggu diantara celah-celah matahari yang meninggi. Dan kemunculanmu saat matahari kembali memudar. Karena, hanya saat itu ada sapaan manis kudengar sambil berjalan ringan di sepanjang koridor. Tanpa saling tatap, aku hafal senyummu, wajah cemberutmu yang dibuat-buat, kehadiranmu yang sedari jauh sudah kutebak. Aku hafal dari derap langkah kaki hingga angin yang tertinggal dari gerakanmu. Ahh, aku mulai menyeracau, dan semakin merindu.

Tapi, rindu itu rindu yang telah lalu. Yang telah jauh berbeda. Kini, kita tak lagi putih abu. Kata-katanya pun sudah tak mengarah padaku. Sempat merasa diabaikan, ketika dihentikannya semua konektivitas denganku. Adakah yang salah dari kita? Bahasa yang dulu tak pernah memerlukan kata, kini tak ada sisa. Memang semuanya sudah berbeda, tapi tak bisakah tetap ada sekedar kata untuk sapa? Kalau ada yang bilang manusia memiliki benang merah yang tak terlihat, aku percaya! Dan aku yakin, ada saatnya manusia tak dapat menghindar satu sama lain. Meski mencoba memecah konektivitas itu, tapi masih ada benang merah yang tak satu pun dari kita tahu dimana letak terikatnya. Terkait erat. Dan satu hari nanti, aku akan mendapatimu berdiri di sisiku yang melirik ke arahku, sebagai sahabat terbaik.


Sudah ah, sebelum terlelap, aku mau merindu lagi, kali ini dengan kekasihku.


Wednesday, August 17, 2011

Jika Diam, Hati Mengalir Seperti Air

Kita tahu, waktu tak pernah berputar ke kiri.
ada angka 1,2,3 sampai 12 yang berurutan ke kanan
satu per satu harus kita tapaki berurutan
mulai dari langkah detik terkecil.
menuju angka 1,2,3 sampai 12.
kita pun tahu, hari terus berganti. meninggalkan memori-memori yang silih ganti.
detik baru menghadirkan memori baru, meninggalkan memori lama yang dihadirkan detik sebelumnya.
ada yang senang saat memori lama hilang. ada pula yang tersenyum-senyum sendiri saat mengenangnya.
 kamu, kita, mereka hanya bisa saling rindu dalam kenangan masing-masing.
 seperti aku kini yg tengah merindukan kata, kita.
 berharap detik berikutnya menghadirkan kenangan yang lebih berarti
kata-kata yang berarti
 dan kita yang lebih berarti
 kita hanya manusia. yang berjalan pada jarum yang berputar.
kadang bahasa yg dipakai adalah cinta, kadang marah, bahkan diam.
 meski diam, jarum tetap akan berputar
 jika tak diam, seperti air, hatiku mengalir.
 mengalir bersama detik kehidupan
 yang penuh ketidakpastian
 satu-satunya kepastian adalah detik kehidupan itu sendiri
 yang membawa manusia pada cinta, marah, atau diam.
 ...

By: Rifa' & Mira

Saturday, August 13, 2011

Garlic Bread

Garlic Bread
 
Ingredients:
- Short Bruccetta, slice into + 10 pcs
- Butter, melting
- Cheese
- Saussage
- Garlic

Kata #1

Yang ada hanyalah ada. Sekedar ada. Saja.

Ada antara ada dan tiada, ada di saat ada,
dan ada di saat tidak ada, ada ada aja..(dendi a.)

Ada saja, tidak ada.
Tidak saja ada, tapi berada.
tak cukup sekedar ada. Berada ketika ada.
Jangan mengada-ada.